Makalah
Ilmu Pendidikan
“Ontologis”
Disusun oleh :
1.
Muhammad Ali Ramdhoni 15410041
2.
Hajrin Usman 15410045
3.
Isni Robiyanti 15410049
4.
Uswatun Khasanah 15410058
KELOMPOK : 4 ( empat )
Dosen Pengampu : Dr.
Sabarudin, M.Si
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT
atas berkat limpahan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah
mengenai “ontologi”. Penulis
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar untuk kita semua, dan
khususnya kepada para mahasiswa,agar mengetahui lebih dalam mengenai dimensi
ontologi. Semoga makalah ini juga dapat membantu kita dalam mengikuti proses
perkulihan dalam mata kuliah ilmu pendidikan.
Tiada gading yang tak retak, seperti
halnya dalam penulisan makalah ini. Penulis meminta maaf sebesar besarnya
kepada para pembaca, karena dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan,
baik dari segi isi makalah maupun penulisannya. Oleh sebab itu, kritik dan
saran yang membangun sangat penulis butuhkan guna memperbaiki makalah ini.
Penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh
rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat bagi kita semua, Aamiin.
Yogyakarta, Maret 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pengetahuan kerap kali dipandang sebagai ilmu yang
abstrak, padahal filsafat ini sangat dekat sekali dengan kehidupan manusia. Pengetahuan
bagi sebagian orang merupakan disiplin ilmu yang kurang diminati, karena
dianggap sebagai disiplin ilmu yang sulit dan membutuhkan pemikiran yang lebih.
Namun keraguan, keengganan, dan kecemasan ini biasanya pelan-pelan
memudar ketika sudah mulai menekuni bidang ini dan bahkan akan lebih terasa
menarik ketika sadar bahwa filsafat adalah bagian yang terpisahkan dari
kehidupan manusia.
Dalam makalah ini, akan ada beberapa hal yang
dibahas mengenai DIMENSI ONTOLOGI. Didalamnya terdapat Objek Kajian, Aliran,
serta Teologi dalam Ontologis.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah yang dimaksud dengan Ontologis?
2.
Apa saja objek kajian
ontologi ?
3.
Bagaimana metode-metode
dalam ontologi ?
4.
Apa saja
permasalahan-permasalahan dalam ontologi ?
C.
TUJUAN
1.
Memahami Ontologis serta yang termasuk didalamnya
2.
Mengetahui objek kajian
ontologi
3.
Mengetahui metode dalam
ontologi
4.
Mengetahui
permasalahan-permasalahan dalam ontologi.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengetian Ontologi
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat kuno yang berasal dari
Yunani, membahas tentang keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.Istilah
ontologi berasal dari kata Yunani “onto” sesuatu yang sungguh-sungguh ada/
kenyataan yang sesungguhnya dan “logis” studi tentang atau studi yang membahas
sesuatu. Jadi Ontologi adalah studi yang mempelajari yang sungguh-sungguh ada.
Secara terminologis berarti sebagai metafisika umum yaitu cabang filsafat yang
mempelajari dasar kenyataan yang terdalam.
Selain itu Ontologi memiliki arti ilmu hakikat yang menyelidiki alam
nyata ini dan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Hakikat dibalik alam yang nyata
masih terbatas oleh panca indra kita, oleh karena itu ontologi berupaya
mengetahui mengenai hakikat sesuatu itu. Ontology digunakan untuk menegtahui
bagaimana realita yang ada, apakah materi saja, apakah wujud sesuatu itu
bersifat tetap, kekal tanpa perubahan, apakah realita berbentuk satu unsur
(monoisme), dua insur (dualism), atukah terdiri dari unsur yang banyak (pluralisme).
Ontology dibatasi adanya mutlak, keterbatasan, umum dan khusus.
2.
Objek
kajian ontologi
Dalam
ontologi terdapat dua objek yang bisa dikaji, pertama, objek
material, adalah yang ada, meliputi yang ada sebagai wujud konkrit dan abstrak. Kedua, objek
formal adalah memberikan dasar yang paling umum tiap masalah yang menyangkut
manusia, dunia dan Tuhan. Titik tolak dan dasar ontologi adalah refleksi
terhadap kenyataan yang paling dekat yaitu manusia sendiri dan dunianya
(Dandan, 2010:139).Objek
telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi
filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi
banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dlaam konteks filsafat ilmu.
Ontologi
membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran
semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap
kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi
semua realitas dalam semua bentuknya.
1. Objek Formal
Objek
formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif,
realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan menjadi
kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme,
naturalisme, atau hylomorphisme. Referensi tentang kesemuanya itu penulis kira
cukup banyak. Hanya dua yang terakhir perlu kiranya penulis lebih jelaskan.
Yang natural ontologik akan diuraikan di belakang hylomorphisme di ketengahkan
pertama oleh aristoteles dalam bukunya De Anima. Dalam tafsiran-tafsiran para
ahli selanjutnya di fahami sebagai upaya mencari alternatif bukan dualisme,
tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental.
3. Metode
dalam Ontologi
Lorens
Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi
fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan
keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk
mendeskripsikan sifat umum yang menjadi cirri semua sesuatu yang sejenis.
Abstraksi metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua
realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.
Sedangkan
metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua,
yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.
Pembuktian
a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari
predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran
kesimpulan.
Contoh : Sesuatu yang bersifat lahirah itu fana
Badan
itu sesuatu yang lahiri
Jadi,
badan itu fana’
Sedangkan
pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas
kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam
kesimpulan hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun dengan tata
silogistik sebagai berikut:
Contoh : Gigi geligi itu gigi geligi rahang
dinasaurus
Gigi
geligi itu gigi geligi pemakan
tumbuhan
Jadi,
Dinausaurus itu pemakan
tumbuhan
Bandingkan
tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori. Yang apriori di
berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan predikat dan term tengahj
menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan; sedangkan yang a posteriori di
berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan subjek, term tengah menjadi
akibat dari realitas dalam kesimpulan.
4.
Pandangan
ontologi
Asal mula keberadaan dunia itu karena adanya reliata
yang sangat luas, sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan
manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,
pengalaman manusia tentang penderitaan, kesedihan , kegembiraan, dan lain-lain adalah realita hidup
manusia sampai mati. Pengalaman adalah suatu sumber evolusi, yang berarti
perkembangan, maju setapak demi setapak mulai dari yang mudah-mudah menerobos
yang sulit-sulit (proses perkembangan yang lama)
Pengalaman adalah perjuangan, sebab hidup adalah tindakan
dan perubahan-perubahan. Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu
mengatasi perjuanan, perubahan dan berani bertindak.
5.
FungsiOntologi
Fungsi atau manfaat dalam mempelajari ontologi antara
lain :
a. Sebagai refleksi kritis atau objek atau bidang garapan, konsep-konsep,
asumsi-asumsi atau postulat-postulat ilmu. Ilmu memiliki asumsi-asumsi, postulat-postulat yang sudah tidak
dipertanyakan lagi kebenarannya. Seperti dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui
bahwa dunia ini benar ada.
b. Ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia yang integral,
komprehensif, dan koheren. Ilmuwan dalam hal ini tidak mampu mengintegrasikan
pengetahuannya tersebut dengan pengetahuan ontologi membantu ilmuwan menyusun
pandangan dunia yang komprehensif.
c. Ontologi membantu memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu dipecahkan
oleh ilmu-ilmu khusus. Seperti terjadinya konflik perebutan bidang kajian,
misalnya ilmu bioetika itu masuk disiplin etika atau disiplin biologi. Dalam
hal ini ontologi berfungsi membantu pemetakan batas-batas kajian ilmu.
6.
Problematika Ontologi
Pada intinya problematika ontologi adalah problematika tentang ada suatu
keberadaannya. Seperti masalah kuantitas (jumlah) dan susunan dari keberadaan
atau eksistensi kualitas (sifat). Permasalahan inilah akhirnya melahirkan tiga
aliran ontologi yaitu monoisme, dualisme dan pluralisme.
Monoisme adalah aliran ontologi yang beranggapan hakikat yang ada itu
tunggal. Dualisme adalah aliran Ontologi yang beranggapan hakikat yang ada itu
tunggal. Dualisme adalah aliran ontologi yang berpandangan bahwa hakikat yang
tersusun ada dua unsur utama dan pluralisme adalah aliran ontologi yang
berpandangan bahwa hakikat yang ada itu jamak. Kedua, permasalahan tentang
sifat atau mutu dari yang ada, melahirkan dua aliran yaitu aliran materialisme
yang beranggapan hakikat yang ada bersifat spiritual atau rohaniah. Ketiga,
permasalahan tentang yang ada ditinjau dari prosesnya telah melahirkan empat
aliran yaitu aliran mekanisme yaitu aliran pemikiran yang berpandangan bahwa
yang ada itu bergerak berdasarkan asas-asas mekanik.
Teologisme adalah aliran pemikiran yang berpandangan bahwa segala
kenyataan yang ada itu tidak semata-mata karena suatu hukum sebab-akibat, namun
ada tujuan tertentu. Vitalisme yaitu aliran pemikiran yang berpandangan bahwa
hakikat kenyataan tidak semata-mata terdiri dari unsur fisika kimiawi semata,
namun juga ada asas hidup atau dalam istilah Bergson adanya dan vital, dan
organisme adalah aliran pemikiran yang memandang kenyataan hidup merupakan
suatu struktur yang dinamik.
7.
Landasan Ontologi bagi Dunia Keilmuan
Secara umum relevansi ontologi bagi ilmu adalah bahwa ontologi dapat
dijadikan dasar merumuskan hipotesis-hipotesis baru untuk memperbaharui
asumsi-asumsi dasar yang pernah digunakan. Ontologi juga merupakan sarana
ilmiah menemukan jalan untuk menangani suatu masalah secara ilmiah.
Landasan ontologi relevan bagi dunia keilmuan dewasa ini antara
memberikan landasan bagi asumsi keilmuan dan membantu terciptanya implikasi
interdisipliner atau multidisipliner. Artinya ontologi membantu kenyataan.
Misalnya fenomena krisis moneter yang melanda Indonesia dewasa ini yang tidak
dapat ditangani oleh ekonomi saja.
Ontologi menyadarkan bahwa ada kenyataan lain yang tidak mampu dijangkau
oleh ekonomi. Ontologi juga relevan dalam merefleksikan problem pembangunan.
Pembangunan selama ini terbukti belum dapat mewujudkan masyarakat adil dan
makmur. Kegagalan ini tidak terlepas dari konsep ontologi yang dilandasi konsep
pembangunan di Indonesia yang lebih didominasi oleh pandangan positivitik.
Refleksi dalam hal ini membantu kita memahami kenyataan yang tidak semata-mata
seperti yang digambarkan oleh positivisme tersebut.Dapat disimpulkan bahwa dimensi
ontologi merupakan bagian dari kajian ilmu pengetahuan tentang eksistensi ilmu
pengetahuan. Dimensi ontologi memberikan dasar yang fundamental terhadap
konsistensi pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan. Landasan ontologi
membawa implikasi bagi landasan Epistemologi dan Aksiologi. Ketiga landasan ini
senantiasa terkait dan saling mempengaruhi.
8.
Hubungan Antara
Ontologi
Dengan
Pendidikan
Ontologi merupakan
analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan.Berisi mengenai hal-hal
yang bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui
manusia dan objek apa yang diteliti ilmu. Dasar ontologi pendidikan adalah
objek materi pendidikan ialah sisi yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan.
Jadi hubungan ontologi dengan pendidikan menempati posisi landasan yang
terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya
dunia ilmu.
BAB III
KESIMPULAN
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat kuno yang berasal dari
Yunani, membahas tentang keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Istilah
ontologi berasal dari kata Yunani “onto” sesuatu yang sungguh-sungguh ada/
kenyataan yang sesungguhnya dan “logis” studi tentang atau studi yang membahas
sesuatu. Jadi Ontologi adalah studi yang mempelajari yang sungguh-sungguh ada.
Secara terminologis berarti sebagai metafisika umum yaitu cabang filsafat yang
mempelajari dasar kenyataan yang terdalam.
Ontologi merupakan analisis
tentang objek materi dari ilmu pengetahuan.Berisi mengenai hal-hal yang
bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia
dan objek apa yang diteliti ilmu. Dasar ontologi pendidikan adalah objek materi
pendidikan ialah sisi yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan. Jadi
hubungan ontologi dengan pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar
dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya dunia ilmu.
DAFTAR PUSTAKA